Minggu, 14 April 2013

Lapet dan Pohul-pohul


Sebelum bobo, saya sempetin bikin laporan dulu ni. Besok Sabtu uda full acara. 
Langsung aja ya...
                  
Lapet adalah kue kebangsaannya orang Batak. Horas! J Sebelumnya kalau disebut Batak, mungkin etnis lain memahami bahwa etnis Batak itu satu saja. Sebenarnya tidak lho. Ada 5 rumpun etnis Batak. Secara garis besar kelima rumpun ini disebut Batak karena semuanya memiliki kesamaan kuat; diantaranya seperti adanya ulos, rumah adat, dan yang paling utama sistem kekerabatannya yang sama termasuk sebagian besar bahasanya juga banyak miripnya. Kelima rumpun itu adalah Batak Toba, Batak Simalungun, Batak Karo, Mandailing dan Pakpak. Semua berasal dari Sumatera Utara. 

Bagi orang Batak, beras adalah bahan makanan yang sangat penting. Tidak hanya karena beras/nasi merupakan makanan pokok, tapi dalam acara-acara adat, seperti pinangan, pernikahan, kelahiran anak, hingga kematian orangtua, beras berperan penting dalam berlangsungnya acara adat.  Beras ditaruh di dalam piring lalu kemudian dijemput dengan tangan lalu ditabur ke arah atas (ke udara) dan mengenai orang-orang yang ada di sekitarnya. Gerakan menabur beras ini selalu diiringi dengan pepatah atau petuah terlebih dulu lalu ditutup dengan “Horas, Horas, Horas.” Bagi teman yang belum mengerti, “Horas” itu artinya salam, selamat dan sejahtera. Makanya orang Batak setiap bertemu dan sebelum berpisah akan mengucapkan “Horas”. Dalam acara adat “Horas” ini dimaksudkan supaya setiap yang hadir di acara adat tersebut diberi kesehatan, keselamatan dan dilindungi oleh Tuhan.

Dalam prakteknya, beras diaplikasikan sebagai bahan utama membuat penganan penutup (kue) yang disajikan setelah acara makan selesai dan ketika waktunya minum kopi atau teh sambil melanjutkan percakapan yang biasanya selalu panjang dan lama. Apalagi dalam acara pernikahan orang Batak yang tak kelar dari subuh hingga jam 8 malam.

Bicara tentang kue tradisionalnya orang Batak ini, saya ingin memperkenalkan “Lapet dan Pohul-Pohul.” Bahannya sederhana saja, tepung beras, kelapa parut dan gula. Namun dalam pembuatannya bisa divariasi dengan tepung ketan dan gula, baik gula pasir, gula merah atau aren. Yang unik dari kue tradisional Batak ini adalah namanya yang banyak. Di satu daerah Batak seperti di Toba lebih dikenal dengan sebutan ombus-ombus, di daerah Batak Simalungun lebih dikenal dengan lapet. Dari jawaban-jawaban pertanyaan yang saya peroleh, perbedaan nama-nama ini hanya berdasarkan bentuk kue yang dibuat. Ada yang menyebutnya “pohul-pohul” karena kue yang dibentuk dengan cetakan tangan. Caranya adonan digenggam sambil ditekan dengan menutup semua jari tangan, sedemikian hingga tekanan dari jari-jari tangan membentuk kurva-kurva yang menarik pada adonan. Ada lagi yang menyebutnya “dolung-dolung” untuk kue yang dibentuk bulat-bulat lalu tengahnya diisi dengan parutan gula merah. Persisnya seperti klepon yang diisi gula merah. Lalu ada lagi sebutan “ombus-ombus” yang tak lain bentuknya sama dengan “lapet.” Dengan bantuan Inang (Ibunda) tercinta akhirnya saya bisa juga menaklukkan cara membuat lapet ini. Pertama sekali saya membuat lapet ketika dulu di bangku SMP. Ingat sekali saat itu akan ada acara ibadah gereja di rumah. Ibu sayapun membuatnya. Setelah itu tak pernah lagi membuat lapet. Baru di event ini terpikir untuk membuat lapet kembali. Tantangan membuatnya hampir tidak ada kecuali dengan perasaan dan sentuhan tangan. Kepulenan dan kelegitan lapet ini terletak pada kelapa parutnya. Kelapa yang dipakai haruslah yang setengah tua. Kalau kelapanya terlalu tua, lapetnya akan terasa kurang lembut dan serat kelapa terasa kasar. Kelapa yang setengah tua ideal untuk membuat lapet ini. Cukup manis dan legit serta lembut dikunyah.

Berikut bahannya:
1. 500 gr tepung beras (direndam sekitar 3-5 jam) lalu digiling dan diayak halus hingga
    menjadi tepung beras
2. 1/2 butir kelapa setengah tua, parut halus
3. 200 gr gula pasir yang halus (castor sugar) atau sesuaikan dengan rasa manis yang
    diinginkan
4. 1 bungkus Vanili
5. 1/2 sdt garam

Cara Membuat:
Ayak tepung beras hingga benar-benar halus. Lalu kukus kira-kira 10 menit. Dinginkan dan hancurkan dengan cara disuir dengan garpu hingga tidak ada yang menggumpal. Setelah itu dalam wadah yang lebar (biasanya tampah yang sudah dialas daun pisang), campur kelapa parut, gula pasir, vanilli dan garam. Dengan kedua tangan yang sudah dicuci bersih, aduk semua bahan dan pastikan tidak ada gumpalan. Setelah diaduk sekitar 15-20 menit, campuran tepung beras akan terasa berminyak apabila dijemput dengan ketiga jari pertama. Itu artinya adonan sudah siap dibentuk.

Cara Membentuk:
Lapet
Ambil daun pisang yang sudah dipotong-potong selebar 20 cm dari sisi dalam keluar lalu uapkan sebentar dengan uap dari air mendidih agar tidak mudah patah. Satukan sisi kiri kanan daun dengan cara melipatnya ke bagian tengah untuk membentuk kantong persegi di satu sisi. Sisi daun yang dilipat akan membentuk kerucut di ujungnya. Lalu isilah kantong yang terbentuk dari lipatan daun tersebut dengan adonan sebanyak satu-dua sendok makan, tergantung besar lapet yang diinginkan. Selanjutnya lipatkan daun dari sisi yang paling pendek menutup adonan lalu luruskan sisa daun hingga ke ujung-ujung lipatannya, lalu lipat kearah dalam untuk menutup sisa bagian yang terbuka dan sematkan ke dalam sehingga lapet bisa berdiri dengan sisi datar lipatan daun yang disematkan sebagai dasarnya.

Pohul-Pohul
Untuk membentuk pohul-pohul, cukup ambil dua sendok makan adonan lapet dan taruh di telapak tangan lalu tekan seperti meremas hingga adonan menggumpal dan buku-buku jari Anda tercetak dalam adonan yang membentuk lengkungan genggaman tangan tersebut.

Kukus lapet dan pohul-pohul selama 45 - 1 jam hingga matang.
Saya lebih suka lapet apalagi dimakan hangat-hangat karena daun pisang pembungkus memberi aroma yang lebih khas hingga rasanya lebih enak dibanding pohul-pohul walau dibuat dari bahan dan adonan yang sama. Sekian laporan saya.

Diatei Tupa, Mauliate, Mejuah-Juah Tri Host yang baik hati. Selamat Malam baik juga:-) 


Horas semuanya,


Trinitati Saragih 

1 komentar: